Halaman


Jumat, 12 November 2010

tulisan pertamaku . selamat membaca dan semoga berkesan

Aku mempunyai 2 orang teman akrab. Kami berteman sejak kami kelas 4 sd. Rumah kami berdekatan. Kami juga satu sekolah dan satu kelas. Sekarang kami duduk di bangku SMA di salah satu SMAN terfavorit di kota kami. Kemana-mana kami selalu bertiga. Saat ada waktu luang tak jarang kami bertiga jalan dengan pasangan masing-masing juga. Jadi kita pergi berenam. Saat hari libur kami sering tidur bersama secara dirumah salah satu dari kami secara bergantian. Sebut saja teman-teman ku Tia dan Lika

Dulu aku dan Tia sempat berantem karena ada suatu masalah. Ada tetengga ku yang cowok naksir sama aku, mungkin dia gak suka sama orang itu, atau gak suka sama ku karena aku banyak yang deketin aku juga gak tau persis. Jadi dia memfitnah aku didepan cowok yang naksir aku dan juga teman-temannya. Sehingga dari saat itu aku di kucilkan, aku dimusuhin sama teman-teman ku dan juga cowok itu dan teman-temannya. Aku juga di fitnah lagi didepan teman ku yang lain, jadi aku gak punya teman sama sekali saat dirumah.

Setahun lebih masalah itu berlalu, aku kembali berbaur dengan tia dan lika. Sebenarnya aku memang tidak ada masalah dengan lika, masalah ku yang lalu karena Tia. Tapi karena Lika lebih dekat dengan Tia, jadi ia memihak tia. Kami kembali dekat karena Sahabat pacarnya Tia itu suka sama aku, dan kita jadian. Jadi semenjak itu aku dekat lagi dengan mereka . aku juga bukan tipe orang yang pendendam. Lama-kelamaan aku pasti bakal lupain masalah itu, walaupun itu masalah yang besar. Termasuk masalah lama ku dengan tia.

Lalu pada suatu hari Lika ingin meminjam flashdisk ku, karena didalamnya ada isi bahan ajar dari guru kami. Ia akan membawanya pulang karena ia tidak membawa laptopnya kesekolah, sedangkan yang lain banyak yang membawa laptopnya. Di flashdisk itu aku gandeng dengan modem gsm. Aku belum lama membelinya, karena dua-duanya sama-sama aku butuhkan jadi aku gandeng diar aku gak lupa menaruhnya.
“La, flasdisknya aku bawa pulang ia? Gak lagi dipake kan ? pinta Lika kepada ku.

"Ia, silahkan aja. Gak lagi aku pake juga kok.

"Hmm, tapi ni modemnya gimana ? apa gak apa-apa? Dilepas aja nih.

“Ahh, gak apa-apa kok, lagian juga gak ada pulsa, gak lagi dipake juga. Toh kan
kalau aku perlu bias langung aku ambil kerumah kamu. Rumah kita kan deketan .

"hehe..” jawab ku dengan agak bercanda.

Akhirnya diambillah flashdisk beserta modem yang ku gandeng bersamanya. Karena aku percaya jadi tidak aku lepas modem itu, toh juga gak mungkin lah mau di apa-apain sama dia. Diambil lah barang itu dari tanganku, yang tadinya udah ku masukin ke saku bajuku. rupanya sama Lika flashdisk itu tidak langsung disimpannya didalam tas atau dimasukkan ke saku bajunya, tapi malah di geletakan saja di bawah kursi di atas buku dia. Posisinya kami lagi labaratorium computer, jadi kamu semua yang membawa laptop duduk dilantai, lalu kursi plastik berwarna hijau yang ada disana bukan kami pakai untuk duduk, tapi malah kami pakai sebagai meja dan laptopnya kami taruh diatas kursi itu sedangkan kami duduk di lantai. Lalu setelah itu Tia meminjam bukunya Lika. Ditanya sama Lika,

"Buat apa Tia bukunya ?

“Gak apa-apa, Cuma pingin liat aja catatan kamu.  Nih ia flashdisknya . “ gak

lama kemudian Tia mengembalian buku milik Lika.

“ahh, Cuma gini juga. Ini mah sama aja kaya punyaku, aku kira kamu rajin mencatat.” Keluh Tia.

“Hehehe..”dibalas Lika dengan tawa.

Setelah tugas yang diberikan guru kami selesai, kami semua bebas ngapin aja di ruangan itu. Entah mau main game, mau menggunakan internet, asal tetap tenang dan masih di dalam ruangan itu samapi menunggu bel pulang sekolah berbunyi . karena laptop Tia habis di install jadi ada game baru disana yang belukm pernah kami mainkan sebelumnya. Jadi aku dan tia main nya sementara laptop ku dipakai oleh Lika. Tak lama kemudian Lika bertanya,

“Loh la, flashdisk mu tadi mana?” Tanya Lika agak sedikit kebingungan.

“Nih,( kata ku sambil merogoh saku baju ku). Ehh, gak ada deng, oia, bukan nya tadi sudah ku kasih dengan mu kan ? ”

“Ya, tapi kok gak ada ya? Kamu liat ga tia ?” Tanya Lika kepada tia.

“Loh ya gak tau lah aku, kan tadi waktu aku pinjam buku mu itu sudah ku kasih dengan mu lagi.”

“Haduh, kemana ya?” Kata Lika dengan bingung.

Lalu Lika sibuk mencari itu, sedangkan aku masih tetap asyik dengan game yang lagi aku mainkan. Lika mengaggap aku tidak perduli dengan barang milik ku, padahal bukan itu maksud ku. Aku cuek buakn karena tak perduli, tapi karena itu tadi sudah ku kasih pinjam dengan Lika dan dia ingin membawanya pulang jadi ya sudah aku percayakan ke dia. Toh tu juga masih didalam kelas, aku kira ada yang meminjam tanpa izin, atau nyelip, jadi aku tidak begitu kahawatir sampai akhirnya Lika menegur ku .

"La, kamu ini flashdisk sama modem mu hilang bukannya dicariin malah masih asyik main game. Nanti kalau sudah keburu bel gimana? Kn lebih susah nyarinya.” Kata Lika sudah agak kesal karena masih saja tidak ketemu.

“Ish, aku gak tau loh, kan tadi juga udah ku kasih dengan mu, kamu lupa menaruhnya mungkin ? kamu inget-inget deh kamu taruh mana ?”

“Tadi tu aku taruh disini, gak kemana-mana kok .”

"Hmm, mungkin ada yang pinjem kamu lupa, apa gak bilang yang minjem itu.

"seinget aku sih gak ada, tapi cba tanya dengan yang lain."

“Ehh, ada yang pinjem flashdisknya ola gak ?” tanay lika kepad teman sekelas dengtan agak keras, supaya semuanya dengar, soalnya berisik sekali di ruangan itu .

“Gak tuh.” Ada yang menyaut pertanyaan lika.

“gak kok, gak sama aku, tadi kan sudah aku pulangin.” Kata seorang lagi yang menjawab pertanyaan Lika.

“haduh,kemana ia ?” lika sudah kebingungan.

Aku juga iktu kebingungan lah, secara itu kan barang aku yang punya, terus juga bukan harga yang murah. Aku takut sekali dimarahi oleh mama ku. Nanti dia mengira aku tidak menjaga barang yang dia berikan dengan baik, padahalkan bukan aku yang menghilangkanya.

Sampai akhirnya bel sekolah pun berbunyi sebanyak tiga kali menandakan waktu belajar untuk hari ini sudah usai, dan saat nya kembali kerumah tetapi flashdisk beserta modem ku belum juga ketemu dan yang lain pun sudah pada diperiksa tas dan sakunya tapi tetap juga tidak ketemu. Artinya flashdisk beserta modem ku hilang . aku sangat sedih, dan bingung terutama bagaimana menyamapikannya kepada mama ku. Aku takut dia menyalahkan ku dan tidak percaya dengan ku. Teman-teman semua sudah pulang semua. Tinggal aku, Lika, dan Tia yang belum pulang. Kami memikirkan gimana caranya mengumpulkan uang untuk mengganti modem dan flashdisk ku yang hilang. Modemnya lah yang terutama, soalnya itu yang mahal. Tadinya kita sempet berfikir untuk mencari pekerjaan, soalnya muai besok sampai 10 hari kedepan kami libur, Karena kakak kelas kami mau ujian nasional. Setelah berbagai ide kita tuangkan, Tia angkat bicara,

“ya sudah ayo kita pulang dulu, kita ganti baju lalu kita kumpul lagi dan kita bicarakan bersama untuk langkah selanjutnya.

“Ya, benar tuh la, ayo kita pulang dulu aja. Kita pasti bantu untuk ganiti modem kamu yang hilang itu kok.” Kata Lika menyetujui saran Tia.

Aku berfikir, ya juga, memang lebih baik pulang dulu baru difikirkan lagi.

“ya sudah lah. Ayo kita pulang dulu” jawabku ikut menyetujuinya juga.

Akhirnya kita pulang kerumah masing-masing untuk berganti pakaian. Setelah selesai sholat dzuhur dan berganti pakaian kiat rencana ingin keluar lagi untuk merenggangkan pikiran, alias main . tia sudah di rumah Lika. Kita berniat untuk pergi bersama. Tapi karena aku terlalu lama mereka pergi duluan saat aku mendatangi rumahnya Lika.

“Lika sama Tia sudah berangkat, baru saja.” Kata ibunya Lika.

“Ooh,ya sudah, ola juga langsung berangkat aja deh.”jawab ku.

“hmm, ola, tante udah tahu dari Lika. Kenapa gak ola coba ngomong aja sama mama ola, pasti dia bias ngerti dee ya mungkin emang awalnya bakal kena marah, tapi pasti gak lama.” Ibunya Likamemberi saran agar aku cerita sama mama.

“aduuh, kaya nya gak mungkin deh te, aku tau mamaku. Yang ada aku tambah disalahin,kalau ini beneran kesalahan ku sih aku bias terima dimarahin, tapikan ni bukan gara-gara aku, bukan aku yang menghilangkannya.” Ujar ku menolak saran dari ibunya Lika.

“tapi gak mungkin lah setega itu. Lebih baik kamu bilang dulu, urusan bakal marah atau gaknya nanti. Ia nanti kita juga ikut bantulah gantinya, tante siap nanti nyokong berapa.” Ujar ibunya Lika berusaha memnguatkan saran yang diberikannya.

"apa tante aja yang coba bilang ke mama nya ola ? gimana ? mungkin dia bias lebih ngerti.”lanjutnya lagi .

“ gak ahh, aku takut, aku belum siap. Tante gak usah cerita-cerita dulu ya.” Tolak ku lagi.

Akhirnya aku pergi ketempat tia dan Lika. Siang ini tujuan kita warnet, online dulu untung merenggangkan syaraf-syaraf otak. Tia pergi bersama pacarnya, sedangkan aku dan Lika sendirian. Setelah hamper sejam aku menceritakan masalah ku ini sama pacar ku, yang juga sahabat pacarnya Tia. Karena tau aku ada di warnet dia datang juga kesini. Ternyata Tia dan pacarnya juga yang awalnya memberitahu kami di warnet dan menyuruh dia kesini untuk menghiburku. Tak lama kemudian dia datang. Aku ceritakan lah semuanya sama dia, aku bilang tu sudah di pinjem Lika, tapi karena Lika menggeletakannya saja, tidak langsung disimpan, jadi hilang.

"kalau menurutku itu sudah kewajiban Lika lah, kan dia yang sudah meminjamnya, jadi ya dia haris ganti. Kenapa dia ceroboh dan tidak langsung disimpan saja, minimal disimpan di saku nya lah.” Ia mengeluarkan pendapat.

Tidak lama putra datang ( sebut saja pacar ku putra ), Tia dan pacarnya sudah selesai, mereka keluar duluan, karena mereka juga sudah lebih lama disitu. Selang beberapa meni kemudian kami juga keluar, tidak enak lah, yang lain sudah selesai, masak kita berlama-lama didalam. Setelah pulang dari warnet kami pergi makan siang. Lalu pulang .

3 hari sudah berlalu, tapi aku tidak mendengar kabar apa-apa tentang Lika dan juga Tia. Aku tidak berani menegur Lika atas kecerobohannya, aku takut dia tersinggung, jadi aku tunggu sampai dia yang membahasnya dan setidaknya meminta maaf dululah kepada ku karena karna kecerobohan dia barang  ku hilang. Tapi ini gak, aku malah dicuekin, mereka sama sekali tidak ada kabarnya. Lalu putra menanyakan hal itu lagi kepada ku.

“gimana la, sudah ketemu jalan keluarnya ? kamu harus minta tanggung jawab juga lah sama Lika, kan sebenarnya memang dia yang salah. Jangan kamu pikirin sendiri lah, tu juga kan gak murah, gak gampang nyari duitbuat ganti nya."

“ahh, gak tau lah, aku aja malah dicuekin, mereka gak ada yang kedengaran kabarnya, bahkan yang salah aja gak ngaku salah, malah ikut nyuekin aku juga.” Terang ku.

“hmm, gak bias gitu dong la, tu ma kasian kamunya mikirin gituan sendiri, emang kenapa kok kamu malah didiamin ?”

“ gak tau juga tuh.” Kata ku dengan pasrah, habis aku gak tahu apa-apa didiamin gitu.

“ihh,kok gitu sih mereka nya, ya sudah lah aku aja yang menanyakannya sama mereka.”

Jadi putra yang mencoba menanyakannya. Besoknya aku pergi makan siang bersama putra setelah pulang sekolah, sambil dia juga mau menceritakan sms yang tadi malam. Jadi tadi malam dia menanyakan hal ini bukan sama Lika saja, tapi juga menanyakan sama Tia dan juga pacarnya. Tia dan pacarnya sekelas juga sama aku dan Lika juga tentunya. Tia menjawab dia menceritakan hal ini dengan mama nya, menurut mamanya Tia ini mutlak salah Lika, karena dia ceroboh, dan Tia juga setuju akan pendapat itu, kata aryo ( sebut saja pacarnya Tia dengan sebutan aryo ) itu salah ku. Tapi putra membela, ya mungkin karena aryo gak tahu persis kejadiannya. Lalu jawaban dari Lika,

"hmm, ya gua tau gua salah disini, makanya gua juga ada niat mau bantu ganti itu barang, gua tu juga udah usaha cari jalan keluar, coba cari kerjaan sambil ngisi waktu libur, dia nya aja yang terpaku sama gua, gak ada usaha sama sekali.” Jawab Lika dengan nada tinggi, seperti nya dia agak emosi.

“maaf nih, bukannya aku mau bela dia, tapi ia itu tadi, tolong lah dibantu, itu tu gak murah, gak gampang dapetinnya lagi. Terus juga dia nya tolong dihibur, jangan malah didiemin, kasian juga.”

“halah, bilang aja lo tu nyalahin gua kan? Tinggal ngomong gitu aja kok susah bener.” Jawab nya lagi.

“ Terus juga jujur ia gu tu emang agak kesel sama dia, asa lo tau aja waktu abis kita ngenet terakhir tu kan Tia keluar duluan, dia dengar ola cerita ke lo gua ma Tia gak bantuin apa-apa, gak bantuin nyariin itu buat dia waktu itu hilang, ya gua sakit hati lah dari situ, dia malah yang barangnya hilang tapi cuek aja.” Sambungnya.

“gak kok, gua gak nyalahin lo Lika, gua Cuma mau ngelurusin ini aja, jadi gua gak tau hanya dari ola, tapi dari lo juga. Soal yang Tia omongin ke lo itu kayanya gak kaya gitu deh, gua yang diceritain sama dia, tapi seinget gua dia gak ada ngomong gitu, ngomong kalau lo berdua gak mau bantuin dia, yang ada dia malah cerita ke gua lorang pada mau kerja selama liburan, tapi gua yang ngelarangnya. Jadi ia mungkin Tia salah dengar aja.” Jelas putra kepada Lika, berharap kami bisa secepatnya berbaikan dan tidak ada salah paham lagi. Kalau beginikan berati ada salah paham antara Lika dan aku.

“ahh, masa bodo lah,pusing gua !” bentaknya.

Melihat kondisi emosi Lika yang seperti ini putra tak lagi banyak Tanya, dia langsung menyudahi smsannya dengan Lika. Sekarang aku jadi tau duduk permasalahannya, ternyata ini di perkeruh oleh Tia, yang juga teman kami. Tapi Lika belum mau percaya. Tadinya aku sempat berfikir ingin membicarakan ini dengan Lika, tapi ku urungkan  niat ku karena melihat emosinya yang seperti itu, aku takut aku juga ikutan emosi. Kalau aku ikutan emosi semua tidak akan selesai. Yang tidak aku sangka, lagi lagi aku di fitnah oleh Tia. Padahal aku memaafkan dia, berusaha percaya lagi sama dia, berharap dia akan berubah, malah dia kembali lagi seperti ini.

Dua hari berikutnya aku ada tryout di sebuah yayasan pembimbing belajar, dan malamnya aku smsin teman-teman ku menanyakan apakah besok mereka akan ikut atau tidak, termasuk ke Tia, tp malam itu Tia membalas sms ku dengan ketus, beda seperti biasanya. besoknya memang  Tia dan Lika tampak menjauhi aku, aku merasakan itu. Aku pun tak pula menyapa mereka, karena aku merasa tak ada masalah, tau-tau kok aku yang malah didiamin. Lalu malamnya aku buka facebook biasa di panggil fb oleh remaja-remaja sekarang, dan aku melihat  tulisan Tia disitu, aku merasa betul itu untuk aku.

“ih, sok akrab lo, sok baik, kenapa, takut gak ada temen ia ? makanya jaga tu mulut” begitu isi tulisan itu.

Aku merasa betul, karena buat siapa lagi coba ? itu pasti buat temen dekat lah. Aku ceritakan hal ini sama putra, katanya aku enjoy aja, gak usah ngejauh, gak usah kesannya aku yang cari masalah. Jadi aku tetep biasa aja lah sama mereka, tapi setiap aku smsin, tentang masalah tugas, dll tu jawabnya singkat banget. Terus tulisannya di fb selalu berisi yang itu memojokan aku.

"hey girl, lu tu bukan siapa-siapa, gak ada lu kita masih tetap bisa jalan, jadi gak usah belagu deh. Jaga tu mulut, hati-hati.” salah satu isi tulisannya lagi.

lalu saat aku juga lagi berantem sama putra, dia pasang tulisan lagi.

“makanya jaga tu kelakuan lu, gara-gara sikap lu orang-oran yang lu sayangin bakalan pergi niggalin lu karena sikap dan kelakuan lu. Makanya punya mulut tu di jaga !”

Tulisan-tulisannya membuat hati ku teriris banget, Tia, Lika teman-teman ku, yang aku piker bisa aku jadikan sahabat ternyata seperti itu di belakang ku. Tapi Tia kalau didepan ku masih baik, sangat baik malah, dia tidak menunjukan rasa ketidaksukaannya terhadap aku, bahkan dia dan keluarganya menyarankan ku untuk mendatangi orang tua Lika, minta tanggung jawab dan cerita langsung, mereka menebak pasti Lika bercerita bohong kepada orang tuanya. Akhirnya aku datang kerumah Lika ditemani oleh Tia. Tia didepan begitu baik, makanya jika aku lagi bersamanya aku tidak yakin itu buat aku, karena dia gak menunjukan keterpaksaan, tapi dibelakangku dia seperti itu. Setelah aku menemui ibunya Lika, ternyata benar, Lika bercerita beda kepada ibunya, dia bilang tu karena kecerobohan aku, dan itu terbalik banget sama kebenarannya. Disitu Tia juga ikut membela ku dengan ikut memberikan keterangan.

Jadi Lika bersedia mengganti tapi dengan catatan gak bisa lama-lama, karena dia gak mau minta sama bapaknya, ia takut dimarahin. Ya sudah, aku kasih kelongaran waktu, karena aku juga tau bapaknya orang yang keras kalau sudah marah, jadi aku juga kasihan sama dia. Hari-ke hari Lika memang menjauh dari aku. Lalu aku bercerita dengan teman dirumah ku. nana namanya. Aku ceritak dari awal masalh aku dengan Lika dan diperkeruh dengan statementnya Tia. Lalu aku bertanya,
“kira-kira tulisan-tulisan di fb tu benar tidak buat aku? Didepan aku tidak merasa Tia begitu, tapi di belakang sangat menonjol sekali bahwa itu isinya tentang aku, semua tulisannya berkaitan, jadi aku berpikir tidak mungkin salah, yang dimaksud itu benar-benar aku.
Terus kata nana, "ia benar kok la itu buat kamu."

Hah? Yang benar? Kok tau  ? Tanya ku penasaran.

“Waktu itu dia pernah sms “like status gua ia” terus aku Tanya, emang buat siapa si ? lalu Tia menjawab, buat Ola.” Begitu cerita nana.

Aku tersentak, ternyata tu bukan hanya perasaan ku saja, benarkan itu untuk aku . aku kecewa, percaya gak percaya, selayaknya musuh dalam selimut, atau serigala berbulu domba, itu lah teman ku “Tia”. Aku tidak menyangka sekali dia masih bisa berbuat seperti itu. Dan parahnya lagi ternyata Tia juga menjelek-jelekan aku di teman-teman sekolah. Aku memang salutnya dari dulu sama dia itu, dia memang mudah diterima dengan masyarakat, diamudah mencari teman, omongan-omongannya dgan mudah dapat depercaya. Dia memang baik, ramah dah tidak pelit, tetapi memang itu, dia suka sekali ngobrol, dan ya kejelekan-kejelekan orang lain pun sering dia ceritakan. Dia tidak pernah ketinggalan gossip. Jadi salah satu untung nya aku dekat dengan dia juga aku gak pernah ketinggalan berita terhangat tentang apa saja dan siapa saja. Kadang memang dia juga orang nya sok tau dan mau tau urusan orang, tapi itu tadi, dia tu dengan mudahnya dapat merasuki pikiran orang bak seorang mentalis yang bias dengan mudah menghipnotis orang dan mengikuti sugesti dia. Mulut dia amat ramah. Itu lah kelebihan Tia.

Nah tentang aku dengan Lika, aku sabar menunggu dia mengganti modem ku itu. Lalu sempatlah waktu itu aku menegornya, mengingatkan kapan dia mengganti modem ku yang seperti dulu. Waktu itu dia baru memberi uang tunai 300ribu, sebenarnya itu masih jauh dari cukup, jadi aku bilang tambahin lagi lah, itu masih sangat kurang. Tapi saat aku ingatin, dia malah marah-marah, dia bilang dia juga butuh lah, bukan aku aja, dia juga habis ngasih cowoknya duit, katanya cowoknya kurang duit sekolah sedangkan dia mau ujian nasional, kalau tidak cowokny tidak bias ikut ujian. Padahal kalau kita mikir cowok yang baru jadian, diluar kota juga, kiat gak tau itu benar atau gak tujuannya, asal dikasih aja, sedangkan diri sendiri juga butuh. Itu kan namanya utang, Lika berati utang untuk mengganti modem ku. Aku kadang capai memberitahu dia. Dia tidak pernah bisa mendengarkan orang lain. Sedangkan aku, aku gak bisa yang cuek, kalau aku punya pendapat,aku kasih tau, ku kasih ta ke dia, tolong hati-hati, jangan langsung percaya aja. Toh paling juga beberapa bulan lagi putus mau di kasih duit banyak-banyak. Kalau cowoknya mikirkan dia bias berusah, cari penjeman, cari kerja, dia cowok, lebih tua lagi. Kadang susah memberi tau Lika. Bukan susah lagi, gak bisa. Makanya sebenernya teman-teman yang lain tu bukannya baik sama Lika, semuanya malah sudahtak perduli makanya memilih untuk diam, tidak ada yang mau ikut campur lagi, karena pasti tidak didengarkan. Kalau aku, ya itu, aku masih peduli, tapi ternyata pikiran Lika terhadap ku beda. Dia tidak menganggap kepedulian ku ini.

Setelah aku tegor ini, aku cerita kepada tante ku, Lika tidak mau menggantinya utuh, dia hanya ingin mengganti dengan 300ribu itu saja. Jadi tante ku menelpon ibunya Lika, meminta kalau memang gak bisa lagi ganti itu, dia yang ngomong dan minta maaf sama mama ku. Ehh, tapi ternyata ibunya Lika kerumah bukan begitu ceritanya, dia meyalahkan kami berdua, aku dan Lika. Aku gak terima, lalu aku keluar dari kamar bermaksud ingin menjelaskan, tapi mama gak kasih ijin. Disitu aku berantem hebat sama mama, dia sampai mengeluarkan kata kasar untuk ku. Aku gak terima disalahin mama, tapi mama tetap menyalahkanku kenapa dari awal aku gak cerita sama dia. Aku jelasin bahwa selama aku gak cerita sama dia tu aku cerita dengan tante ku, kakak kandung mama ku sendiri, jadi aku mempercayai saran-sarannya, dan aku juga tidak ingin membuat mama kepikiran, karena mama juga kan pulang sore terus, aku juga jarang, bahkan gak ada waktu ngobrol sama mama. Lagian juga tadi saat aku mau menjelaskan semuanya waktu ada ibu nya Lika mama gak kasih kesempatan dan malah menyalahkan aku. Dia tetap tidak menerima semua alasan ku . ya memang aku akui aku juga salah tidak cerita, tapikan aku punya bukti-bukti dan alasan yang kuat dan alasan itu benar dan positif. Akhirnya aku sms tante aku, bahwa dengan saran dia gak ampuh,mama tetap marah-marah, bahkan dengan hebatnya lebih hebat dari yang di perkirakan. Akhirnya tante ku datang dengan suamiya, mereka yang memberi pengertian ke mama. Dengan begitu mama bisa ngerti, dan memang itu juga bukan kesalahan ku. Intinya kami minta ganti, biarin aja gak seenakan diantara aku dan Lika, sudah terlanjur begini, dia juga tidak mengerti aku sudah kasih toleransi, tapi dia menilaiaku dengan nilai yang begitu. dia bilang omongan ku menyakitkan, padahal dia gak tau,setiap aku menegurnya selalu lewat sms, aku gak berani membicarakannya secara langsung, karena apa ? karena aku takut ada kata yang tak pantas aku keluarkan dan jika itu terucap tidak mungkin bisa kutarik kembali, aku takut dia tersinggung, aku masih berusaha menjaga perasaannya. Setiap aku sms pun sms yang sebelum aku kirim ke dia itu aku kirim dulu ke putra, memastikan itu gak membuat dia sakit hati. Kalau misalkan ada yang gak pantas putra menyuntingnya terlebih dahulu. Aku juga kecewa dan sakit hati dibilang begitu oleh Lika. Tapi ya sudah lah, berati tuhan masih baik, dia menunjukan jalan, menunjukan bagaimana jalan yang benar. Akhirnya memang modem ku diganti, tetapi tidak yang sepeti milikku yang lama, dan tidak baru juga,yaitu dikasihnya modem milik Lika. awalnya aku kekeh menolak, tapi ibunya Lika sendiri yang bilang ke aku , minta banget supaya menerima modem itu. Sampai akhir gini aja masih ada toleransi, masih kasihan sama dia. Walaupun dengan berat hati akhirnya aku terima modemnya, ia perlahan-lahan aku coba buat ikhlas.

Yang pasti semua ada hikmahnya. Aku jadi tau ternyata Tia memang begitu, bermuka dua, sangat berbahaya untuk dijadikan teman. Lika juga begitu, gampang terpengaruh dan gak mau mendengar orang lain. Jadi timbulnya aku kasihan sama dia, tp dia nya gak ngerti dikasihani, dan bodohnya dia mau begitu terus, berulang kali di manfaatin seperti itu, dan ujung-ujungnya disakitin lagi sama cowok-cowoknya. Habisnya selalu menyangkal nasehat, argument orang lain, menganggap keputusan dia yang paling benar. Cepat atau lambat semua nya akan ketahuan. Terutama Tia yang paling berbahaya, saat ini aku gak bisa apa-apa, teman-teman sekelas ku pada termakan omongannya Tia. Tapi aku yakin, semakin lama orang mengenal Tia, makin jauh juga dia akan mengenalnya. Dan mungkin sampai dia ikut menjadi korban seperti aku, itu pun tunggu berkali-kali, karena omongan tia ampuh banget untuk meluluhkan hati. Kebanyakan sugesti dia dapat diterima orang dengan mudah oleh semua orang. Yang jelas komunikasi masih ada antara aku, Lika dan Tia, tapi aku udah keep saying sama mereka. Aku takut terjerumus lagi. Sampai sekarangpun aku masih sering denger kok dari teman-teman aku yang bilang bahwa Tia menjelek-jelekan aku. Teman-teman yang sudah mengenal aku tentunya. Mereka pun pada gak percaya Tia seperti itu. Ya aku Cuma sekedar curhat sama teman-teman ku masalah ini, aku gak berniat kok sama sekali untuk menjatuhkan dia, menjelek-jelekan dia sepeti apa yang dia lakukan. Kalau aku mau aku juga bisa. Tapi biarlah dia jatuh di lubangnya sendiri.

Teman memang sangat sulit buat dicari, tidak semua orang pantas menyandang predikat sebagai “teman” apalagi untuk jadi seorang “sahabat”. Jadi bagi yang sudah menemukan sahabat, jangan sia-sia kan dia. Bagi yang belum menemukan carilah terus, tapi berhati-hati juga dalam mengenal orang, salah-salah nanti kalian akan bertemu dengan orang dalam kisah ku ini. Semoga saja orang-orang seperti itu tidak makin banyak, malah harusnya dikurangi. Ya di doakan saja supaya dia cepat disadarkan.


Terimakasih anda telah bersedia membacanya. Tulisan ini hanya karangan fiktif belaka. Mohon maaf bila ada kesamaan tempat, nama ,tokoh karakter ataupun lainnya, hal itu bukan dengan disengaja. Semoga ini dapat bermanfaat dan dapat menghibur anda sekalian .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar